jam

Senin, 08 Desember 2014

YA'JUK DAN MA'JUK





Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Sam a.s segera datang menemuinya, namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan Yafits. Akibat dari ketidakpatuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya (berhubungan suami istri) kemudian melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang ganjil. Ketika dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang sempurna. Selain itu ukuran besar dan bobot masing-masing juga berbeda, ada yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk selanjutnya yang besar kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa), sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka kemudian dikenal sebagai Ya’juj dan Ma’juj.



Selain wujudnya yang ganjil, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai nafsu makan yang melebihi normal. Padahal bilamana mereka makan tumbuhan tertentu maka tumbuhan itu akan berhenti tumbuh sampai kemudian mati. Demikian pula bila minum air dari suatu tempat maka airnya tidak akan bertambah lagi. Sehingga banyak sumber-sumber air dan sungai menjadi kering karenanya. Masyarakat di sekitar mereka pun harus menanggung dampaknya yaitu krisis pangan dan air.



Karena interaksi sosial yang tidak kondusif akibat masalah yang dibawa oleh Ya’juj dan Ma’juj ini maka mereka kemudian cenderung mengisolasi diri di suatu celah gunung di tengah-tengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan Yafits lainnya, yang antara lain meliputi bangsa: Armenia, Rusia/Slavia, Romawi dan Turk di wilayah-wilayah luas seputar Laut Hitam. Namun bilamana mereka membutuhkan makan dan minum, akan keluar secara serentak bersama-sama ke daerah-daerah sekitarnya yang masih belum tersentuh oleh mereka sebelumnya. Karena kondisi fisiknya, mereka mampu menempuh perjalanan jauh dalam waktu relatif lebih pendek dibandingkan oleh manusia normal. Bagi golongan raksasa karena mereka mampu melangkah dengan jangkauan lebar sedangkan golongan liliput adalah karena sedemikian ringan bobotnya terhadap gravitasi bumi sehingga bila berjalan sangat cepat seperti meluncur bersama angin.



Pada puncak keresahan masyarakat pada masa itu, Allah SWT kemudian mengutus salah satu hambaNya yang berkulit kehitaman (tetapi bukan termasuk ras negro) dengan dua benjolan kecil (tidak bertulang tanduk) di kedua sisi keningnya yang sebenarnya lebih sering tak tampak karena tertutupi oleh surbannya yaitu Nabi Dzul Qarnain a.s (QS 18:93) untuk menghadang laju Ya’juj dan Ma’juj yang telah menimbulkan kerusakan alam yang akan terus bertambah luas.



Sesuai petunjuk Allah, Nabi Dzul Qarnain a.s kemudian mengajak masyarakat di sekitar lokasi tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj untuk bersama-sama membuat dinding tembaga dan besi yang akan menutup satu-satunya lubang keluar masuk mereka (QS 18:96). Setelah selesai, masyarakat yang sebelumnya tinggal di dekat dinding diajak untuk meninggalkan lokasi yang sudah kering tanpa air dan tumbuhan tersebut menuju ke tempat lain yang lebih layak untuk dihuni.



Allah SWT juga mewahyukan kepada Nabi Dzul Qarnain a.s bahwa dinding itu akan terjaga dan baru akan terbuka bila saatnya tiba yaitu kelak menjelang datangnya Hari Kiamat (QS 18:98). Kemudian Allah menjadikan gaib (tidak terlihat) lokasi dinding tersebut.



Ya’juj dan Ma’juj yang telah terkurung terus berupaya membuka dinding logam tersebut dengan segala cara, bahkan dengan menjilatinya karena mereka tahu bahwa benda apapun yang mereka sentuh dengan mulutnya akan berhenti tumbuh/bertambah, kering atau tergerus. Cara ini mampu membuat bagian-bagian dinding yang mereka sentuh menjadi tipis. Namun setiap kali akan berlubang, Allah mengembalikan lagi kondisinya seperti semula. Untuk bertahan hidup selama terkurung di balik dinding, Allah menumbuhkan sejenis lumut, sebagai satu-satunya tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak setiap kali dimakan oleh masyarakat Ya’juj dan Ma’juj.



Kelak menjelang Kiamat, salah seorang pemimpin mereka mengatakan kata kunci “InsyaAllah” maka kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah (QS 21:96) memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi.



Masyarakat muslim termasuk Nabi Isa a.s yang telah terpojok di sebuah gunung (tur) lalu bersama-sama berdoa kepada Allah agar terhindar dari masalah akibat perbuatan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian Allah SWT memerintahkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari tengkuk Ya’juj dan Ma’juj yang langsung mengakibatkan kematian mereka secara serentak. WalLahu a’lamu bil-shawab.

TEKHNIK MENANAM CABAI DALAM EMBER/POT/POLYBAG




harga cabai pada musim penghujan akan sangat mahal seperti emas,karena disebabkan banyak tanaman cabai yg membusuk karena terlalu banyak menerima curah hujan sehingga pertani banyak yg mewek karena gagal panen akibatnya pasar kehabisan stock cabai dan terjadilah kelangkaan yg menyebabkan harga cabai meroket melambung tinggi,untuk mengantisipasi hal seperti ini alangkah baiknya apabila kita menanam cabe sendiri di halaman rumah kita bisa memanfaatkan lahan yg kosong utuk menanam cabaidlm pot selain bernilai ekonomis tapi juga sekaligus untuk tanaman hias halaman rumah kita,nah saya akan memberikan sedikit cara menanam cabai dalam polybag atau pot berikut ini:

A. Media Tanam
Media tanam untuk membudidayakan cabe rawit dalam pot / polybag berupa campuran pupuk kandang matang, tanah steril, dan arang sekam padi dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pupuk kandang matang yang dimaksud adalah kotoran hewan berupa kotoran sapi; kerbau; kuda atau ayam yang sudah lama. Bila memungkinkan bisa di fermentasikan dulu dengan EM4, yang biasanya kita kenal dengan istilah Bokashi (lihat blog saya judulnya YUKK MEMBUAT BOKASHI).
Lalu apa yang disebut dengan tanah steril? Tanah steril yang dimaksudkan disini adalah tanah yang bebas dari hama maupun penyakit. Misalnya, tanah yang telah di pakai untuk menumbuhkan kapas atau tanaman satu jenis dengan cabe yang telah terserang hama dan penyakit. Tanah tersebut jangan di gunakan lagi untuk menanam cabe, tomat dan sejenisnya. Bisa juga di gunakan kembali jika tanah itu di gongseng terlebih dahulu, agar bibit penyakitnya bisa hilang. Contoh tanah steril yang baik yaitu lapisan tanah dalam (≥40-50 cm dibawah permukaan tanah) atau tanah yang berada di bawah pertajukan tanaman bambu. Selain subur, tanah dibawah pertajukan bambu tersebut kaya akan unsur hara karena lapukan dari daun-daun bambu yang gugur.
Campuran media yang ketiga adalah arang sekam. Selain bersifat porous, arang sekam juga dapat menetralisir racun-racun dalam media tanam serta dapat menyimpan air dan unsur hara. Sehingga bila sewaktu-waktu tanaman cabe membutuhkan unsur hara tersebut, dapat mengambil langsung dengan mudah.
Sebelum media tanam tersebut di masukkan kedalam wadah, masukkan terlebih dahulu bahan-bahan yang bersifat porous, seperti pecahan genting, batu bata merah, bongkahan arang atau bisa juga menggunakan potongan-potongan gabus, seperempat dari isi wadah. Bahan-bahan poros ini berfungsi menjaga sirkulasi air dalam wadah. Kemudian isi media tanam kedalam wadah hingga penuh, siram dan biarkan 4-5 hari sebelum ditanami bibit cabe.




B. Penyemaian Benih

Lakukan penyemaian benih tiga minggu sebelum jadwal pemindahan ke pot/polybag. Rendam benih cabai ke dalam air hangat (30 – 40 0C) selama 6 jam untuk memecahkan dormansi benih. Tiriskan benih dan bungkus menggunakan kain lembab. Diamkan selama kurang lebih 18 jam di tempat yang terlindungi agar kain pembungkus tetap lembab.
Sementara benih direndam, siapkan media semai. Media berupa campuran tanah subur, pupuk kandang (bokashi) dan arang sekam dengan perbandinga 2 : 1 : 1.
Masukkan media kedalam tempat penyemaian, seperti polybag, gelas plastik, bumbunan atau media plastik. Bumbunan yang dimaksud adalah tempat penyemaian yang terbuat dari daun pisang. Cara membuat bumbungan; belah lembaran daun pisang selebar 5 cm. Lingkarkan belahan daun pisang dengan diameter 4-5 cm, lalu sematkan kedua ujung yang bertemu menggunakan lidi hingga terbentuk “tabung” daun pisang.

C. Pembibitan
Tanam benih yang sudah di seleksi (dari perendaman) dialur kecil yang dibuat diatas media semai dengan jarak antar-benih dalam alur 1 cm, sedangkan jarak antar-alur 5 cm. Tutup benih dengan tanah tipis/ arang sekam padi/ serbuk gergaji. Bisa juga dengan menanam benih di bumbungan/ gelas plastik dengan menanam 1 biji per satu lubang/bumbungan, lalu tutup lubangnya dengan arang sekam/serbuk gergaji.
Siram persemaian menggunakan handsprayer untuk menghindari resiko rusaknya media semai akibat kucuran air saat penyiraman atau benih yang disemaikan tidak berantakan.
Beri naugan persemaian untuk menghindari kontak langsung dengan cahaya matahari. Sungkupan atau naungan dapat dibuat dari daun kelapa/pisang, genting, karung, plastik hitam atau paranet.
Setelah benih tumbuh dan berumur 7-10 hari buka sungkup atau naungan persemaian agar tanaman mendapatkan sinar matahari guna membantu proses fotosintesis. Cabut benih yang mengalami penyakit remah semai (dumping off) agar tidak menular ke bibit yang lain.
Setelah berumur 14-20 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke dalam polybag kecil/ gelas plastik ( bila bibit di semaikan di penampan). Sedangkan benih yang langsung ditanam di bumbungan / gelas plastik tidak perlu dipindahkan lagi, hingga berumur 21-30 hari. Panen bibit ditandai dengan jumlah daun sebanyak 4 – 5 helai.


E. Penanaman dan Pemeliharaan
Pilih bibit yang sehat dan tumbuhnya normal untuk dipindahkan ke lahan/polybag besar/ pot yang sudah kita buat beberapa hari sebelum penyemaian benih.
Lakukan penanaman pada pagi hari. Hindari penanaman pada siang hari untuk menghindari resiko bibit menjadi stress, layu dan mati. Apabila penanaman tidak selesai pada pagi hari, sebaiknya dilanjutkan pada sore harinya.
Lepaskan bibit dari gelas plastik secara hati-hati. Karena perakaran bibit tidak boleh terganggu dan usahakan media tanam tidak rusak atau pecah. Agar terhindar dari resiko ini, disarankan memakai bumbungan yang terbuat dari daun pisang. Tinggal dimasukkan ke dalam lubang tanpa harus repot2 memisahkan bibit dari wadah penyemaiannya. Selain itu daun pisang dapat lapuk dan akan menjadi pupuk bagi tanaman nantinya.
Timbun lubang tanam tersebut dengan tanahhingga ketinggian 2 – 3 cm dibawah daun. Usahakan daun tidak menyentuh permukaan tanah. Siram air di area sekitar bibit untuk mengurangi stress bibit dan mempercepat proses adaptasi. Lakukan penyiraman dan pengamatan secara rutin. Jika ada bibit yang mati, segera lakukan penyulaman agar pertumbuhan bibit seragam.
Pada umur 10-15 HST (hari setelah tanam), lakukan pemupukan kocoran dengan me larutkan NPK sebanyak 5 gram per liter air. Masing-masing tanaman diberi 200 ml larutan kocoran atau setara dengan satu gelas plastik. Siram pupuk di lubang tanam. Usahakan daun tidak terkena pupuk tersebut.
Lakukan pemupukan susulan sebanyak dua kali, dengan dosis yang sama pada masa generatif atau tanaman berumur 55 - 60 HST dan 90 - 95 HST.
Lakukan pengendalian hama secara manual apabila terlihat serangan hama dan penyakit. Gunakan pestisida nabati jika serangan mulai terlihat parah (lihat blog saya berjudul Nimba Vs Mindi


E. Panen dan Pascapanen
Umur panen cabai bervariasi, tergantung pada varietas yang digunakan dan ketinggian lahan.Umumnya cabai yang ditanam di dataran rendah akan lebih cepat panen 10 hari dibandingkan dengan cabai yang ditanam di dataran tinggi. Umur panen rata-rata cabai sekitar 80 - 120 HST.
Panen cabai dapat dilakukan dengan cara memetik buah dan tangkainya.Caranya, pengang tangkai buah, lalu tarikke atashingga tangkai terlepas dari cabang. Hindari menarik kebawah karena dapat merusak cabangproduktif tanaman.
Apabila panen dilakukan setelah hujan, kering anginkan terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kebusukan buah bila ingin menjualnya di pasar.

TRIK MENANAM TERONG DALAM POLYBAG/POT

tabulapot4

Memanfaatkan lahan sempit untuk menanam dalam pot / polybag, sehingga pekarangan / teras sempit pun dapat digunakan untuk bertanam terong dan sekaligus sebagai tanaman hias halaman rumah anda agar nampak asri dan indah.


Syarat tumbuh terong

Dapat tumbuh di dataran renda maupun dataran tinggi
Suhu udara 22 – 30 derajat celcius
Jenis tanah yg paling baik lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan mempunyai keasaman / pH antara 6,8 – 7,3
Media tanam : tanah, pupuk kandan dan pasir / sekam
Mendapat sinar matahari yang cukup
Waktu tanam yg cocok pada awal musim kemarau

Pembibitan

Rendam benih dalam air hangat kuku selama 10-15 menit, disarankan tambah dengan POC NASA dengan dosis 2 cc / liter air
Bungkus benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama sekitar 24 jam hingga nampak mulai berkecambah
Sebagrkan benih diatas tempat persemaian menurut barisan. Jarak antar barisan 10-15 cm
Tutup benih dengan lapisan tanah tipis
Siram persemaian 2x sehari yaitu pada pagi & sore hari
Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap untuk dipindahkan ke polibag / pot kecil

Penanaman

Pilih bibit yang telah tumbuh subur dan normal, berumur 1-1,5 bulan atau telah berdaun minimal 4 helai
Cabut bibit dari persemaian secara hati-hati agar akar tidak rusak
Tanam bibit di lubang tanam secara tegak, lalu tanah disekitar lubang tanam dipadatkan

Pemeliharaan

Penyiraman secukupnya
Lakukan penyiangan gulma
Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal / mati / terserang penyakit
Pemasangan turus bambu berukuran 80-100 cm dan lebar 2-4 cm, dipasang lebih awal agar tidak mengganggu perakaran, ditancapkan secara individu dekat batang, kuatkan dengan ikatan
Pemupukan sebaiknya dilakukan dengan pupuk organik. Jika diperlukan pupuk kimia, disarankan dilakukan dengan cara dikocor sebanyak 3,5 gr / liter air, kocorkan larutan pupuk sekitar 250 cc / tanaman
Lakukan pemangkasan tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama, agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh

Pengendalian hama

1.Kumbang daun (Epllachnaspp.)

Gejala serangan : adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun & tinggal tulang-tulang daun saja.

Pencegahan : semprot dengan Pestona atau Pentana + Aero 810 setiap 1-2 minggu sekali.

Pengendalian : kumpulkan & musnahkan kumbang & lakukan pengaturan waktu tanam.

2.Kutu daun (Aphissp)

Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada pucuk atau daun-daun muda
Gejala : daun tidak normal, keriput / keriting / menggulung
Pengendalian : mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, sebagai pencegahan semprot dengan Pentana + Aero 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali

3.Ulat tanah (AgrotisipsilonHufn)

Bersifat polifag, aktif pada senja / malam hari
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga tanaman akan terkulai & roboh
Pengendalian : kumpulkan & musnahkan ulat yg ada.
Pencegahan : semprotkan Pestona atau Pentana + Aero810

4.Ulat Grayak (Spodopterailtura,F.)

Bersifat polifag
Menyerang dengan cara memakan daun hingga berlubang-lubang
Pengendalian : atur waktu tanam & pergiliran tanaman
Pencegahan : semprot dengan Natural Vitura

5.Ulat Buah (HeilcoverpaarmigeralHubn)

Bersifat polifag
Menyerang buah dengan cara menggigit / melubangi
Pengendalian : lakukan pergiliran tanaman, waktu tanam & sanitasi tempat tanam

Pengendalian penyakit

1. Layu bakteri

Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum.
Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada suhu cukup tinggi
Gejala : terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak
Pengendalian : gunakan pestisida alami atau bila serangan sangat berat dapat gunakan pestisida kimia yang dianjurkan

2. Busuk buah

Penyebab : jamur Phytophthorasp, Phomopssvexans, Phytiumsp.
Gejala : bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah membusuk
Pengendalian : gunakan pestisida alami atau bila serangan sangat berat dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan

Panen

Petik buah pertama setelah berumur 3-4 bulan (tergantung jenis yg ditanam)
Terong dapat berproduksi hingga umur 5-6 bulan
Petik buah bersama tangkainya dengan tangan atau alat tajam
Waktu panen yg tepat pagi / sore hari
Pemetikan buah selanjutnya rutin tiap 3-7 hari sekali untuk buah yang siap petik.

MARI MENANAM TERONG DALAM POT





A. Pemilihan Benih
a. Pilih buah terung yang matang dari induk sehat
b. Belah membujur, keluarkan biji, keringanginkan selama beberapa hari (kadar air 12 %)
c. Masukan ke dalam botol berwarna, tutup, simpan di tempat kering dan teduh.
d. Bila akan menyemai : rendam benih di dalam air hangat 10-15 menit, lakukan seleksi benih.
e. Bungkus benih dalam gulungan kain basah, selama 24 jam.
B. Persemaian
a. Siapkan tanah persemaian “HUMUS DAUN”
b. Sebar benih, tetapi jangan terlalu rapat
c. Tutup benih dengan tanah tipis, tutup dengan karung goni
d. Umur 10 – 15 hari pindahkan ke bumbunan daun pisang
e. Dibuat naungan dengan tinggi sebelah Timur 100 – 150 cm, sebelah Barat 80 – 100 cm
f. Setelah berumur 1-1,5 bulan, pindahkan ke kebun (berdaun empat)
g. Kebutuhan benih untuk 1 ha = 500 gram

POLYBAG :
a. Media yang digunakan merupakan daun organik murni
b. Ukuran polibag yang digunakan : tinggi 8 cm, diameter 5 cm

C. PERSIAPAN TANAH
a. Media Tanam “HUMUS DAUN” diolah maksimal,
b. Dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 – 1,4 m, panjang sesuai kondisi lahan
c. Diantara bedengan dibuat parit selebar 30 – 50 cm untuk pembuangan air (Tanaman terung tidak tahan genangan
d. Buat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm
D. PENANAMAN
a. Umur benih saat dipindahkan 1 – 1,5 bulan (daun berhelai 4, tinggi 7,5 cm)
b. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari
c. Jarak tanam yang digunakan : jarak antar tanaman dalam barisan 60 cm, jarak antar barisan tanaman 70-80 cm. Setiap bedengan ada dua baris tanaman
d. Tanam sebatas leher akar

E. PEMELIHARAAN
a. Penyulaman dilakukan masmal 2 minggu setelah tanam
b. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari (pagi dan sore)
F. PANEN
a. Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Namun, secara umum terung dapat dipanen sekitar 90 hari sejak tanam. Panen selanjutnya dilakukan selang seminggu, sehingga buah terung dapat dipanen 6-7 kali.
b. Waktu panen sebaiknya dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Hindari waktu panen saat terik matahari karena dapat mengganggu tanaman dan membuat kulit terung menjadi keriput (kering) sehingga menurunkan kualitas.